LEVEL BERPIKIR VAN HIELE
Teori van Hiele merupakan teori yang digagas oleh pasangan suami istri dari Belanda. Teori ini fokus pada topik geometri. Van Hiele mengklasifikasikan lima tingkatan berdasarkan hasil penelitiannya. kelima tingkatan itu dijelaskan sebagai berikut.
Level (0): Visualisasi atau Pengenalan
Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri, antara lain: segitiga, kubus, bola, persegi, lingkaran, tetapi siswa belum bisa memahami sifat-sifat dari bangun tersebut. Meskipun suatu bangun telah ditentukan berdasarkan karakteristiknya, anak pada tingkatan ini belum menyadari karakteristik itu. Pada tingkat ini pemikiran anak didominasi oleh persepsi belaka. Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) dapat dikatakan sudah mengenal persegi atau persegi panjang dengan baik, jika ia sudah bisa menunjukkan atau memilih persegi atau persegi panjang dari sekumpulan benda-benda geometri lainnya, tetapi ia masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat-sifat persegi atau persegi panjang tersebut.
Level (1): Analisis
Pada tingkat ini siswa sudah mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamatinya. Siswa sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu, misalnya di saat siswa mengamati persegipanjang, ia telah mengetahui bahwa terdapat dua pasang sisi yang berhadapan dan kedua buah pasang sisi tersebut saling sejajar. Dalam tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya.
Level (2): Deduksi informal atau pengurutan
Pada tingkat ini selain siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri dan memahami sifat-sifatnya, siswa juga sudah bisa mengurutkan bentuk-bentuk geometri satu dengan lainnya yang saling berhubungan, misalnya persegi juga merupakan persegipanjang. Jadi pada tahap ini siswa sudah dapat memahami pengurutan bentuk-bentuk geometri, meskipun berpikir secara deduktifnya belum berkembang atau dengan kata lain baru mulai. Dalam tahapan ini siswa belum dapat menjawab pertanyaan mengapa kedua diagonal persegipanjang itu sama panjang.
Level (3): Deduksi
Pada tingkat ini kecocokan deduksi sebagai cara membangun geometri dalam sistem aksiomatik telah dipahami. Siswa sudah mampu menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti. Struktur sistem aksioma yang lengkap dengan aksioma, definisi, teorema, akibat dan posulat yang secara implisit ada pada tingkat 2, sekarang menjadi objek yang eksplisit pada pemikiran anak pada tingkat ini. Peluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara dapat terjadi. Perbedaan antara pernyataan dan konversnya dapat dibuat. Siswa pada tingkat ini secara jelas melihat bahwa diagonal-diagonal persegi saling membagi sama dan dapat menyadari perlunya membuktikan melalui serangkaian alasan dedukif.
Level (4): Rigor atau akurasi
Pada tingkat ini seseorang dapat bekerja dalam berbagai sisyem aksioma. Hal ini berarti dia mampu mempelajari geometri non-Euclides. Perbedaan sistem geometri dapat dibandingkan. Teori van Hiele memiliki beberapa karakteristik antara lain:
- belajar adalah proses yang tidak kontinu. Ini berarti terdapat lompatan dalam kurva belajar yang memperlihatkan adanya celah yang secara kualitatif membedakan tingkatan berpikir.
- bagi seseorang untuk mencapai tingkat berikutnya secara memadai dia harus menguasai bagian terbesar dari tingkat sebelumnya. Kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya lebih banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran dibandingkan umur atau kematangan. Pengalaman geometri merupakan faktor utama yang mempengaruhi peningkatan tingkat berpikir. Aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak mengeksplorasi, berbicara, dan berinteraksi dengan materi pada tingkat berikutnya merupakan kesempatan terbaik untuk meningkatkan tingkatan berpikir anak.
- konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkatan menjadi eksplisit pada tingkatan berikutnya.
- setiap tingkatan mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Menurut Crowley (1987:4), van Hiele mengemukakan setiap tingkatan memiliki simbol-simbol bahasa sendiri dan sistem materi sendiri dalam menghubungkan sistem-sistem tersebut. Suatu relasi yang benar pada satu tingkat dapat dimodifikasi pada tingkat berikutnya.
Piaget mengklasifikasikan siswa sesuai dengan umurnya, sedangkan van Hiele mengklasifikasikan siswa sesuai dengan pengalamannya. Piaget dan van Hiele merupakan tokoh aliran kognitif.